Munculnya pandemi Covid-19 telah banyak mengubah adat istiadat hidup segala kalangan masyarakat. Terlebih pada generasi milenial atau muda-mudi ”zaman now”, bermain game menjadi opsi hiburan ditengah jenuhnya rutinitas keseharian yang lebih banyak dilaksanakan di rumah. Terlebih bermain game online yang umum dimainkan dengan banyak pastisipan didalamnya, sehingga dirasa lebih interaktif.
Menurut data dari Asosiasi Penyelanggara Jasa Online Indonesia (APJII) pada Nopember 2020, menyebutkan bahwa minat masyarakat kepada game online menempuh 16,5 persen. Sementara berdasrkan data statistik yang dilansir dari Jawapos.com menyebutkan ada 50,8 juta pengguna mobile game di 2020. Tentu hal ini tak terlepas dari akibat kebijakan Work Form Home (WFH) dan Belajar Daring di rumah. Sehingga menghasilkan User dan Unduhan aplikasi game online meningkat, bahkan diprediksi akan meningkat sebanyak 21,6 persen di 2025.
Didampinginya ini menjukan bahwa perkembangan Game atau juga umum disebut e-sport di Indonesia tak dapat dipandamg sebelah mata. Peminatnya dari tahun ke tahun terus menjukan peningkatan. Tidak heran jika maraknya pertandingan e-sport yang disiarkan rtp rajazeus secara live di berbagai media sosial dan TV. Malah sebelum pandemipun e-Sport secara internasional diperlombakan sebagai klasifikasi pada Asian Game 2018. permainan yang diperlombakan ketika Asian Games 2018, salah satunya yaitu Clash of Royale, Kancah of Valor (AoV) dan PES 2018
Seiring dengan kepopulerannya, tak hanya game online yang free, bahkan game online berbayar bahkan juga banyak diminati oleh milenial ketika ini. Tentu hal hal yang demikian berakibat pada makin diperlukannya layanan top up. Malah dilansir dari Katadata.co.id, pendapatan e-sports, maupun game di Indonesia disebut menempuh US$ 2,08 miliar atau sekitar Rp 30 triliun. Menurut CEO DANA Vincen Iswara, popularitas pembelian voucer bermain game di DANA terpantau positif, Rata-rata pengguna aktif per bulan terus meningkat hingga 127,33% tahun ini dan lonjakan transaksi 103,95%.
Sementara itu dilansir dari pemberitaan Liputan6.com, Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), industri game menjadi salah industri yang konsisten tumbuh di ketika pandemi. Sebagai gambaran, industri game dilaporkan menyumbang sekitar Rp 24,88 triliun atau sekitar 2,19 persen kepada PDB Indonesia 2020, dan masuk dalam program prioritas nasional 2021 yang menempati posisi ketujuh penyumbang terbesar pada PDB ekonomi kreatif Indonesia.
Asosiasi Game Indonesia (AGI) memperkirakan dari sempurna 52,6 juta penduduk Indonesia yang terhubung secara daring, lebih dari separuhnya atau sekitar 34 juta orang bermain game online. Dan jika dihitung, sempurna transaksi belanja untuk bermain game online, nilainya menempuh US$ 1,1 miliar menurut perhitungan nilai pasar di tahun 2018, dan pada tahun 2030 nilai pasar game online ditaksir menempuh US$ 4,3 miliar dan menjadi Top 5 Global. Tetapi, dari 100% pangsa pasar game di Indonesia, pengembang lokal hanya memperoleh kudapan manis sebesar 0,4%. Artinya, 99% perputaran uang di pasar game Indonesia mengalir ke kantong-kantong penyedia layanan komputerisasi di luar negeri.
Didampinginya ini menjukan adanya potensi besar yang dimiliki oleh industri game online. Aturan yaitu potensi pajak yang perlu dipungut oleh negara menurut Menteri Keuangan (PMK) Nomor 48/PMK.03/2020 tentang pajak pertambahan nilai atas pemanfaatan barang kena pajak tak berwujud dan/atau jasa kena pajak dari luar tempat pabean di dalam tempat pabean melalui perdagangan melalui cara elektronik, yang berlaku sejak 1 Juli 2020 lalu. Dimana dalam hukum hal yang demikian produk komputerisasi impor dalam bentuk barang tak berwujud maupun jasa akan dikenai PPN sebesar 10 persen dari harga barang yang dibeli.